Kriteria ( 1 )
Seorang Akhi muda yang baru lulus S-2 di luar negeri
ditanya oleh ustadnya mengenai kriteria akhwat yang diinginkannya. Maka
dengan segala idealisme sebagai seorang Ikhwan, mulailah ia mencari-cari
kriteria dan menuliskan hampir lebih dari sepuluh kriteria, kemudian
menyerahkan pada ustadnya tersebut.
Kriterianya sangat
bermacam-macam dan agak mengada-ada. Dari yang pertama dia harus seorang
akhwat, cantik, pendidikan tinggi, Suku Sunda, berkacamata, lulus
dengan cumlaude, hafal sekian juz. dan demikian seterusnya. Setelah
diproses oleh sang ustad, akhirnya ia diberitahu bahwa tidak ada akhwat
yang bisa sesuai dengan 10 syarat tesebut. Kemudian sang Ikhwan
mengurangi kriterianya menjadi 9, setelah diproses sekian minggu
ternyata hasilnya nihil. Kemudian sang ikhwan mengurangi satu lagi dari
kriterianya menjadi delapan. Dan setelah ditunggu sekian lama hasilnya
tetap nihil karena terlau ideal kata ustadnya. Dan demikian seterusnya
setiap kali gagal sang ikhwan mengurangi satu kriteria. Sampai setelah
lewat lebih dari dua tahun sang Ikhwan akhirnya menemukan pasangan
hidupnya.Tapi itupun setelah kriterianya tinggal satu!^_^
Kriteria ( 2 )
Seorang Akhi ditanya sang Murobby tentang kriteria seorang akhwat yang
diinginkannya. Setelah beberapa saat berpikir, sang Akhi menjawab dengan
malu-malu,
“Yang pertama Ustad, dia harus seorang yang cukup cantik.”
“Astaghfirullah Akhi, bukannya Rasulullah menyuruh kita untuk mengutamakan agamanya dulu ? “
“Yang itu sih bukan masalah ustad ? “
“Bukan masalah bagaimana akhi, ada hadist nya lho ..”
“Khan yang namanya akhwat pasti berjilbab gede, berarti semuanya kita
anggap sudah punya pemahaman agama yang cukup baik, sekarang tinggal
kriteria selanjutnya yaitu yang cantik “
” Antum bisa aja cari alasan !” ^_^
Kriteria (3)
Lagi-lagi seorang Ikhwah diinterogarsi oleh murobbinya tentang calon
akhwat yang diinginkannya. Ikhwan yang satu ini tampaknya sudah kena
blacklist sama murobbinya karena selalu menolak memberi kriteria ketika
ditanya.
” Akhi, ini yang terakhir kalinya, kira-kira seperti apa akhwat yang antum inginkan menjadi pendamping antum dalam berdakwah”
“Sudah deh ustad, ane nggak banyak minta, yang asal-asalan aja “
Sang Murobbi pun bengong dibuatnya, “Asal-asalan bagaimana maksud antum ?
Antum kan punya hak untuk mengajukan kriteria.”
“Maksud ane, asal sholihah, asal cantik, asal kaya, asal hafal Qur’an, asal pintar, dan asal-asalan yang lainnya .”
“Pantes saja antum nggak nikah-nikah !”^_^
Poligami
Seorang Akhi baru saja melangsungkan pernikahan dakwahnya dengan
seorang akhwat yang sama-sama berjiwa aktivis pula. Minggu-minggu awal
pun dilalui dengan penuh ceria, Qiyamul-lail berjamaah, baca
Al-Ma’tsurat sama-sama, tabligh akbar bersama bahkan sampai demo dan
longmarch pun dilakukan sama-sama. Suatu ketika setelah pulang dari
suatu acara seminar bertemakan Poligami, pasangan ini terlibat dalam
pembicaraan serius,
“Bagaimana Mi, pendapat Ummi tentang poligami secara umum “
“Abi, secara umum poligami tidak ada nilai buruknya sebagaimana yang
digemborkan banyak orang, bahkan itu merupakan solusi satu-satunya lho.”
“solusi bagaimana maksud Ummi ?”
“Maksudnya, coba deh abi lihat, berapa perbandingan jumlah ikhwan dan
akhwat, di Jakarta aja lebih dari 1 : 7, kalau semuanya dapat satu-satu,
maka bagaimana nasib yang tiga lainnya? “
“Kalo Ummi sudah paham, bagaimana kalo kita yang memulai ?”
“Maksud Abi bagaimana ? “
“Abi mau poligami, tapi yang cariin calonnya ummi saja ya.”
“Apaa..! abi mau poligami ? “
“Ya dong, khan Ummi sendiri yang bilang tadi, ingat ini juga sunnah Nabi Muhammad SAW lho..”
“Wah ! kalo begitu abi salah menafsirkan Siroh Nabawiyah, khan Rasul
berpoligami setelah istri pertamanya Kahdijah ra, meninggal.
Nah! Jadi abi boleh menikah poligami sampai empat pun boleh, asal setelah Ummi, istri pertama Abi ini, meninggal, OK ?”
“Ini pasti Murobbiyah ya yang ngajari..?”
Sang istri tersenyum manja penuh kemenangan .^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar