Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarrakatuh
Aku bangga terlahir sebagai seorang wanita. Begitu mulianya seorang
wanita, sehingga Allah meletakkan surga di bawah telapak kaki seorang
ibu. Begitu mulianya seorang wanita, sehingga Allah menyematkan wanita
sholehah sebagai perhiasan dunia yang terindah. Begitu mulianya seorang
wanita, sehingga Rasul mengatakan seorang wanita sholehah lebih baik
daripada 1000 lelaki yang sholeh.
Aku lalu bertanya,
sesungguhnya apa yang membuatku bisa begitu mulia? Apakah ketika aku
menjadi seorang wanita karir? Apakah ketika aku bisa merebut posisi
laki-laki di ranah pekerjaan? Apakah ketika aku bisa menjadi pemimpin
kaum lelaki? Apakah ketika aku bergelar sarjana, master dan doktor?
Apakah ketika pesona tubuhku melenakan jutaaan pasang mata yang
melihatnya? Apakah ketika aku merasa bisa berdiri sejajar dengan kaum
lelaki di sektor publik?
Aku terlahir sebagai wanita yang
kusadari memang ada yang berbeda. Aku memiliki kelembutan untuk
menyayangimu. Aku memiliki kesabaran untuk menjadi sandaranmu. Aku
memiliki ilmu untuk membantumu. Aku memiliki cinta untuk menjadikanmu
nyaman dengan kehadiranku. Aku memiliki rasa hormat untuk membuatmu
menjadi dihargai. Aku memiliki ketegasan untuk menjaga kehormatanku.
Wanita menjadi mulia saat ia bisa menjadi seorang istri yang bisa
mendukung perjuangan suami, menjadi seorang ibu yang bisa mencetak
generasi idaman umat, menjadi anggota masyarakat yang bisa berperan
dalam lingkungannya, dan menjadi seorang hamba yang takut pada Rabbnya.
Wanita menjadi mulia saat tak silau oleh bujuk rayu dunia, tak luntur
oleh terpaan badai ujian, tak goyah oleh kilauan permata, tak runtuh
oleh ganasnya gelombang badai kehidupan, dan menjadi sosok yang tegar
sekuat batu karang.
Wanita menjadi mulia bukan karena balutan
busana seksinya. Ia menjadi mulia dengan hijabnya, hijab yang hanya akan
dibuka pada orang yang layak untuknya. Karena Ia laksana mutiara di
tengah lautan, yang tidak sembarangan orang bisa menyentuhnya, bukan
laksana mawar di pinggir jalan yang setiap orang bisa memetiknya bahkan
membuangnya sesuka hatinya.
Wanita tak akan menurun kemuliannya
saat tidak dianggap berkulit putih, bertubuh langsing, berambut lurus,
berwajah cantik, dan berbarang merk mahal dan terkenal. Tapi dia akan
menunjukkan diri dengan akhlak mulianya, kelembutan hatinya, kesantunan
lisannya, ketulusan senyumnya, keteduhan pandangannya, kecerdasan fikir
dan emosinya, serta keteguhan sikapnya.
Wanita tak lebih
menurun kemuliannya ketika Ia hanya menjadi ibu rumah tangga. Bahkan itu
adalah profesi paling mulia bagi seorang wanita, ummu warobatul bait,
yang dimata para feminis dan pejuang gender tak ada nilainya. Bukankah
kemuliaan tertinggi hanya di mata Allah? Dan menjadi ibu dan pengatur
rumah tangga adalah multiprofesi tanpa gaji tapi berpahala tinggi. Di
tangan seorang istrilah dukungan utama perjuangan suami, sandaran rasa
lelah suami, tempat terindah keluh kesah suami, dan hiburan paling
mujarab bagi suami.
Di tangan seorang ibu lah generasi
dilahirkan, dipersiapkan, dididik dan diperhatikan. Dialah madrasah
pertama dan utama, yang melahirkan calon-calon generasi andalan umat.
Dialah manajer rumah tangga paling handal, direktur keuangan paling
mumpuni dan partner paling hebat untuk keluarga, yang menjadikan
rumahnya adalah baity jannati bagi siapa saja yang berada bersamanya.
Maka berbanggalah dengan peranmu wahai wanita, dan jadikanlah dirimu sebenar-benar perhiasan dunia.
Lembut mu tak berarti kau mudah dijual beli
Kau mampu menyaingi lelaki dalam berbakti
Lembut bukan hiasan bukan jua kebanggaan
Tapi kau sayap kiri pada suami yang sejati
Disebalik bersih wajah mu disebalik tabir diri mu
Ada rahasia agung tersembunyi dalam diri
Itulah sekeping hati yang takut pada ilahi
Berpegang pada janji mengabdikan diri
Malu mu mahkota yang tidak perlukan singgasana
Tapi ia berkuasa menjaga diri dan nama
Tiada siapa yang akan boleh merampasnya
Melainkan kau sendiri yang ikhlas dan terikat ikatan suci
Ketegasan mu umpama benteng negara dan agama
Dari dirobohkan dan jua dari dibinasakannya
Wahai puteriku sayang kau bunga terpelihara
Mahligai syurga itulah tempatnya
Saat aku bangun pagi dan menyiapkan segala kebutuhannya, maka Allah
telah menyediakan pahala. Ketika aku mengancingkan bajunya dan menyisir
rambutnya, maka Allah juga menyediakan pahala.
Saat kucuci dan
kusetrika baju-bajunya, maka setiap gerak jariku bernilai pahala. Saat
kusiapkan santap siang dan malamnya, maka setiap butir nasinya adalah
pahala.
Saat aku berdandan dan tersenyum dengan kepulangannya,
maka tak luput dari pahala. Saat kuseka peluhnya dan kusiapkan segelas
teh hangat untuknya, maka setiap usapan dan tegukannya adalah pahala.
Bahkan saat kami saling menggenggam jemaripun, Allah meruntuhkan
dosa-dosa kami, dan menjanjikan pahala ketika malam-malam menyelimuti
kehangatan kami berdua, dalam bilik kerinduan menuju barokahNya…
Dan kini kami berlomba untuk meraih jannahNya..
Amin ya Rabb…
NB dari Nisa : Bangga jadi wanita...? Muliakanlah diri sndiri
sebagaimana cara Islam memuliakanmu, wahai saudariku tercinta. . .
Senyum (✿◠‿◠)
Mutiara Hati
Subhaanakalloohumma wa bihamdika, asyhadu allaa ilaaha illaa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik.
Wassalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar